Senin, 18 Mei 2009

TULISAN TERBARU SAYA

________________________________________________

BERANDA :: ALAMAT :: POS-EL :: TELEPON :: BUKU TAMU

_________________________________________________

Film Nasional dan

Pemakaian Bahasa Gaul di dalamnya


Mahmud Jauhari Ali

Pemerhati Masalah Kebahasaan


=====Usia perfilman nasional kita lebih kurang sudah 83 tahun sejak ditayangkannya film nasional pertama berjudul Loetoeng Kasaroeng pada tahun 1926 silam. Dunia perfliman di Indonesia mengalami pasang surut di Indoensia. Pada 1970, jumlah produksi mencapai 21 judul setahun, kemudian memuncak pada 1977 menjadi 124 (J.B. Kristanto, 2004). Pada awal tahun 2000-an perfilman nasional mulai bangkit kembali dengan berbagai tema yang membuat para penonton puas menikmati setiap alur ceritanya. Tema-tema tersebut mulai tema cinta, horor, relegius, pendidikan hingga tema komedi dewasa yang dikemas sedemikian rupa untuk menarik minat masyarakat menonton beramai-ramai. Film-film nasional pada tahun 2000-an itu antara lain, Kudesak (2000), Pasir Berbisik (2001), dan Ayat-Ayat Cinta dan Laskar Pelangi (2008). Akan tetapi, dalam hal ini penulis tidak membahas tema-tema film nasional tersebut. Dalam film nasional di Indonesia ada satu hal yang membuat penulis tertarik, yakni penggunaan bahasa oleh para pelaku yang diperankan para aktris dan aktor ternama di Indonesia. Sebagian besar para pelaku dalam film nasional di negera kita menggunakan bahasa Indonesia yang terinterferensi dengan bahasa gaul, bahkan ada pelaku dalam film nasional yang menggunakan bahasa gaul secara keseluruhan. Padahal bahasa dalam film nasional seharusnya juga menggunakan bahasa nasional, yakni bahasa Indonesia secara benar. Hal ini bukan berarti bahwa bahasa gaul dilarang penggunaannya di negara Indonesia. Bahasa gaul tetap boleh dipakai di negara kita sebagai pemerkaya khazanah bahasa. Akan tetapi, bahasa gaul yang dapat kita katakan sebagai bentuk slang itu harus dipakai dalam kelompok tertentu saja. Film nasional tidak hanya ditonton oleh kelompok remaja gaul, tetapi ditonton oleh semua lapisan masyarakat secara nasional. Melihat kenyataan ini, tentunya bahasa yang menjadi alat komunikasi semua lapisan masyarakat adalah bahasa nasional, yakni bahasa Indonesia.

=====Penggunaan bahasa Indonesia dalam film nasional bukanlah sebagai bentuk pengerdilan bangsa Indonesia. Ada sebagian orang Indonesia yang beranggapan bahwa jika hanya menggunakan bahasa Indonesia di negara kita, berarti merupakan bentuk pengerdilan bangsa Indonesia. Anggapan ini tentulah salah. Mengapa penulis katakan salah? Karena dengan menggunakan bahasa Indonesia, persatuan di negara kita akan semakin kuat sehingga keutuhan negara kita tetap dapat kita jaga bersama. Sebaliknya, jika bahasa gaul yang dipakai tentulah tidak semua warga negara Indonesia dapat memahaminya. Dengan demikian, kerekatan persatuan di negara kita akan berkurang. Jika sudah berkurang, suku-suku di negara Indoensia akan melepaskan diri dari negara Indoensia. Hal inilah yang akan membuat bangsa kita menjadi kerdil.

=====Pemakaian bahasa gaul dalam film nasional ini ternyata menjadi penyebab bahasa gaul semakin banyak dipakai oleh warga negara Indonesia. Dapat kita katakan bahwa film nasional menjadi media penyebar bahasa gaul di Indonesia. Hal ini karena para aktor dan aktris idola masyarakat yang memainkan peran dalam film-film nasional tersebut berbahasa gaul. Sebagian masyarakat terbukti menirukan bahasa gaul yang dipakai oleh para tokoh dalam film nasional yang mereka tonton. Sebagai film nasional seharusnya tidak memakai bahasa gaul dalam percakapan para tokohnya karena bahasa gaul bukanlah bahasa nasional. Hal itu bukanlah sesuatu yang menguntungkan bagi bangsa Indonesia karena dengan semakin luasnya penggunaan bahasa gaul tersebut, penggunaan bahasa Indonesia mengalami interferensi dari bahasa gaul dan pergeseran. Pergeseran yang penulis maksud adalah warga Indonesia bergeser dari penggunaan bahasa Indonesia ke penggunaan bahasa gaul. Padahal yang menjadi bahasa nasional di negara kita adalah bahasa Indonesia dan bukanlah bahasa gaul.

=====Dewasa ini pemakaian bahasa gaul dalam film nasional seakan-akan menjadi bahasa nasional di negara kita. Tentunya sebagai warga negara Indonesia yang baik, kita seharusnya tidak meniru penggunaan bahasa gaul tersebut dalam pergaulan kita di masyarakat, seperti di mal-mal yang kita kunjungi. Bahasa Indonesia haruslah kita utamakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bagaimana menurut Anda?

3 komentar:

  1. Ass.

    Bahasa gaul merupakan fenomena bahasa yang digunakan masyarakat, tidak hanya bahasa Indonesia, yang memang lebih operasional dalam penggunaannya.

    Dalam film, apakah tidak menjadi kaku jika menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai dengan EYD yang disempurnakan? Bahasa lisan cenderung kearah penggunaan "bahasa gaul" yang campur aduk, yang seharusnya dapat lebih dimanfaatkan oleh bahasa-bahasa daerah untuk dapat terlibat, misalnya bahasa Banjar dalam TV dan radio yang ada di daerah (lokal), sehingga tidak hanya lebih didominasi bahasa gaul ala betawi.

    Sedangkan Bahasa tulis, yang tentu ada aturannya dalam penulisan masih dapat diandalkan dalam menjaga bahasa Indonesia yang baik dan benar, yang mana hal ini juga dialami oleh bahasa dunia lainnya.

    Salam hangat selalu

    BalasHapus
  2. Wa'alaikumussalam w.w.

    Bahasa apa pun akan kaku digunakan jika kita sendiri tidak membiasakannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Saran saya, Bapak harus membiasakan diri menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Setuju?

    Dalamhal ini jelas Bapak termasuk orang yang jarang menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Padahal bahasa Indonesia merupakan bahasa melayu. Banjar itu melayu, Pak! Bahkan, sebenarnya ada kemungkinan bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu di Kalimantan. Lalu, mengapa Bapak tidak bangga berbahasa melayu? Entahlah?

    Saya saja yang sejatinya bukan orang Banjar, bangga berbahasa melayu.... Mengapa Bapak yang jelas orang Banjar malah sebaliknya?


    Salam hangat dari seorang yang bukan Banjar, tetapi mengagumi bahasa melayu sebagai anugerah-Nya.

    BalasHapus
  3. Pemakaian bahasa daerah, seperti bahasa Bakumpai dan bahasa Banjar dalam televisi sangat bagus sebagai wujud kebinekaan di negara kita. Jadi, saya setuju dengan pendapat Bapak jika bahasa daerah selain bahasa betawi modern dilibatkan dalam media yang ada di tingkat lokal dan nasional.

    BalasHapus

SILAKAN ANDA BERKOMENTAR!