Karya Sastra, Wanita, dan
Kehidupan Berbangsa
Mahmud Jauhari Ali
Pencinta Bahasa dan Sastra
=====Karya sastra oleh sebagian orang hanyalah sebuah karya fiksi yang menjadi bacaan sampingan di sela-sela waktu luang untuk menghibur hati mereka. Karya sastra memang sebuah karya fiksi yang berbeda dengan karya ilmiah. Kita tentu tidak dapat menyamakan karya sastra berbentuk buku, seperti novel dengan buku sejarah meskipun di dalam karya sastra berbentuk buku tersebut terkandung hal-hal yang berkaitan dengan sejarah. Hal ini disebabkan karya sastra telah mengalami rekadaya cerita dalam pembuatannya dari cerita yang sebenarnya. Meskipun demikian, kita tidak dapat memugkiri bahwa sesungguhnya karya sastra mengandung manfaat bagi para pembaca atau penikmatnya. Sebagai contoh, novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy yang mengandung unsur dakwah kepada masyarakat. Dengan unsur dakwah itulah novel yang sudah difilmkan oleh Hanung Bramantiyo tersebut bermanfaat bagi masyarakat yang dapat dengan baik mengapresiasinya. Dengan demikian, karya sastra, baik berupa puisi, prosa fiksi, maupun yang berupa drama memiliki dua hal. Dua hal itu adalah bermanfaat dan berisi hiburan (menghibur) bagi para pembaca atau penikmatnya.
=====Lalu adakah kaitan karya sastra dengan wanita? Jawabannya dalah ada kaitannya. Mengapa jawabannya ada? Karena, tidak semua karya sastra diciptakan oleh kalangan pria, melainkan sebagian juga diciptakan oleh kalangan wanita. Sebut saja sastrawan dari kalangan wanita itu seperti N.H. Dini, Ian Emti, dan Helvy Tiana Rosa. Para wanita pengarang karya sastra di Indonesia itu setara kedudukannya dengan para pengarang karya sastra dari kalangan pria. Mereka sama-sama diakui oleh kritikus sastra, dosen sastra, pelajar, mahasiswa, dan masyarakat luas yang mengerti sastra sebagai sastrawan di tanah air ini. Para sastrawan wanita ini berkiprah dan berjuang untuk memajukan negara ini melalui jalur sastra. Karya sastra mereka dapat kita katakan bermutu dan tentunya kebermutuannya mampu memberikan sejumlah manfaat dan hiburan yang segar bagi para pembaca atau penikmatnya di tanah air guna kemajuan negara ini.
=====Selain itu, kaitan sastra dengan wanita dapat kita temukan dalam isi karya sastra yang telah dikarang oleh para sastrawan wanita dan satrawan pria. Kita tentulah tidak dapat memungkiri kenyataan bahwa dalam karya sastra terdapat tokoh-tokoh wanita sebagai pelaku sentral, pelaku utama, dan pelaku tambahan. Misalnya saja dalam novel Ayat-Ayat Cinta kita temukan tokoh-tokoh wanita, antara lain Aisyah, Maria, dan Nurul. Tokoh-tokoh wanita ini sengaja dihadirkan oleh Habiburrahman El-Shirazy untuk membangun karya sastra yang dikarangnya. Dengan kata lain, tokoh-tokoh wanita tersebut berperan penting dalam membangun keutuhan sebuah karya sastra. Peranannya tidak kalah dengan hadirnya tokoh-tokoh pria dalam karya sastra yang sama. Tanpa hadirnya tokoh-tokoh wanita tersebut tentulah novel Ayat-Ayat Cinta tidak akan berhasil dibangun oleh pengaranya menjadi karya sastra yang bermutu. Karya sastra yang bermutu tentulah berguna pula dalam membangun kehidupan berbangsa di negara ini
=====Bangsa Indonesia hingga hari ini masih dalam proses pembangunan di segala bidang kehidupan. Dalam proses pembangunan tentulah dibutuhkan sebuah media kritik yang bersifat membangun dan tidak melampaui batas kewajaran. Karya sastra dapat menjadi media kritik di berbagai bidang kehidupan berbangsa dalam proses pembangunan. Sebuah karya sastra dapat menjadi pencerahan bagi masyarakat dari kritikan si pengarangnya yang bersifat membangun. Sebagai contoh, kita perhatikan cerpen Ali Akbar Navis yang berjudul Robohnya Surau Kami. Dengan membaca cerpen tersebut masyarakat Indonesia akan mendapatkan pencerahan dari kritik yang sengaja dibuat oleh A.A Navis terhadap orang-orang yang mementingkan akhirat semata dan melalaikan kehidupan dunia termasuk melalaikan wanita yang dinikahi mereka. Pencerahan yang didapat masyarakat setelah membaca cerpen A.A. Navis itu adalah sebuah pemahaman hidup bahwa dalam kehidupan ini termasuk kehidupan berbangsa kita haruslah menyeimbangkan kepentingan dunia dan kepentingan akhirat. Hal ini sangat bagus dalam proses pembangunan bangsa kita karena dengan pemahaman tersebut, masyarakat Indonesia tidak hanya mementingkan ahkirat, melainkan juga bekerja di dunia untuk kepentingan bangsa Indonesia. Hal yang disampaikan oleh A.A. Navis dalam novel beliau ini sesuai dengan sebuah hadis rasulullah saw. yang artinya “Bekerjalah untuk dunia seakan-akan kamu akan hidup selamanya dan bekerjalah untuk akhirat seakan-akan besok kamu mati!”, H.R. Turmudji.
=====Selain itu dalam cerpen Robohnya Surau Kami tersebut, A.A. Navis juga menginginkan para suami harus memperhatikan istri dan anak-anak mereka. Jangan karena mementingkan akhirat semata, istri dan anak-anak kita menjadi korban! Jadi, dalam cerpen tersebut penulisnya memperhatikan hak wanita sebagai istri dalam kehidupan berumah tangga dan berbangsa.
=====Sebagai penutup, sekali lagi saya nyatakan bahwa karya sastra erat kaitannya dengan wanita, baik wanita sebagai penulisnya maupun wanita dalam isi ceritanya. Selain itu karya sastra dapat menjadi sebuah hiburan bagi batin kita dan dapat juga bermanfaat bagi kita dalam kehidupan berbangsa. Dengan demikian, mari kita hargai jerih payah para sastrawan termasuk sastrawan-sastrawan wanita di Indonesia.
Ass.
BalasHapusYap, mari apresiasi karya sastra sekaligus mendorong budaya membaca. Karena, bila budaya membaca rendah, bagaimana mengapresiasi suatu karya.
Salam
Wa'alaikumussalam w.w.
BalasHapusBenar sekali kata Bapak, salut.
Ian Emti seorang pria. Beliau baru saja meninggal dunia di Banjarmasin Senin, 6 Oktober 2009 ybl. Salam dari Tajuddin Noor Ganie
BalasHapus