________________________________________________
BERANDA :: ALAMAT :: POS-EL :: TELEPON :: BUKU TAMU
_________________________________________________
Angin Lalu
Mahmud Jauhari Ali
debur ombak hanya mampu meraba-raba pesisir pantaimu
dikala senja menutupi pohon-pohon randu
dan kotoran burung menodai jiwa raganya sampai terpuruk layu
kau pun tersenyum manis sambil berkata-kata syahdu
hingga orang-orang mengangguk dan tertunduk di bawah betismu
aku lihat ada napas berdebu-debu dan berbau amis
yang kautarik dan kauhempaskan ke seluruh jagad negeri
dari jauh, indah sekali parasmu
kau tampan, kau cantik, kau rupawan
sosokmu menghiasi dinding-dinding kemiskinan
kulihat daun-daun tumbang sehabis bermesraan dengan bejana megah
lalu banyak pengemis mangais remah-remahnya
walau hanya beling-beling tajam
yang berserakan
dulu dan kini masih berdebu-debu
dari dulu juga ada kelelawar malam melubangi buah segar
kasihan, jamrud menjadi botak sangar
hujan pun belum mampu meruntuhinya
tapi, kita perlu sadar bahwa rintik sekalipun adalah bermakna
tak ada kabut yang kosong
pasir-pasir pantai pun mampu menusuk tubuh
dan, masihkah kita mau tertunduk setia dengan keadaan lusuh?
Kalimantan Selatan, 15 November 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAKAN ANDA BERKOMENTAR!