Revitalisasi Sastra Lama di Kalimantan Selatan
Mahmud Jauhari Ali
Pengurus Komunitas Sastra Indonsia
Cabang Kertak Hanyar
=====Dilihat secara historis, di Kalimantan Selatan terdapat sastrawan-sastrawan andal yang melahirkan sastra-sastra lama. Dari segi kuantitas dan kualitas, sastra-sastra lama itu menjadi khazanah kekayaan lokal dan juga nasional di tanah air kita. Pada dasarnya sastra lama hadir di tengah masyarakat bukan hanya menjadi media pengungkap ekspresi dari insan-insan sastra. Akan tetapi, sastra lama itu juga mampu merefleksikan gambaran watak dari etnis-etnis yang mendiami provinsi bagian selatan pulau Kalimantan ini. Tentunya watak yang saya maksud adalah watak dalam berbagai dimensi kehidupan manusia.
=====Dengan dijiwai religi dan keestetikaan, serta dibalut dengan bahasa yang berkohesi dan berkoherensi, sastra lama dimaksudkan untuk mencapai dulce et utile. Dari sisi dulce ’mendidik’, sastra lama disajikan dengan komposisi pengetahuan yang melingkupi sendi-sendi kehidupan manusia. Utile ’menghibur’ dalam sastra lama diramu sedemikian rupa guna memberikan tusukan-tusukan batin yang memuaskan para penikmatnya. Sadar atau tidak, sastra lama di Kalimantan Selatan, seperti mamanda, lamut, dan madihin merupakan realitas sastra yang perlu kita perhatikan secara serius. Eksistensi sastra-sastra lama itu harus kita jaga di tengah dinamika kehidupan saat ini yang telah mendapat suntikan budaya global.
=====Suka atau tidak, saat ini sastra-sastra lama tersebut mengalami krisis yang kian memprihatinkan. Indikator sastra lama sedang mengalami krisis dapat kita lihat pada frekuensi pementasan sastra-sastra lama saat ini. Frekuensi pementasan yang merupakan bagian dari eksistensi sastra-sastra lama di masyarakat Kalimantan Selatan, pada masa sekarang sudah termasuk dalam kategori yang rendah. Fenomena yang hingga hari ini masih merajalela ialah kemodernan menepikan sastra lama dari arus kehidupan yang mutakhir. Sastra-sastra lama dianggap sebagian besar orang telah usang dan tidak layak lagi eksis di masa sekarang. Seni-seni modern telah menjadi pemicu sebagian orang tidak lagi menyenangi seni sastra lama. Hal terakhir tadi memberikan efek yang tidak menggembirakan, yakni sastra lama kehilangan sebagian besar peminatnya.
=====Perkara seperti ini tidak dapat didiamkan begitu saja. Harus ada upaya revitalisasi sastra-sastra lama di Kalimantan Selatan. Untuk upaya itu, diperlukan pondasi kuat yang menopang dan sekaligus menyokong bergeliatnya kembali sastra-sastra lama pada saat ini dan pada masa depan. Dalam hal ini, kinerja pemerintah sangat dibutuhkan sebagai pihak yang bertanggung jawab di bidang sastra. Melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ditambah lagi dengan Balai Bahasa Banjarmasin dan juga dinas pendidikan, pemerintah harus benar-benar serius dalam upaya revitalisasi sastra lama di provinsi ini. Penggiatan kembali sastra lama itu dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan, seperti festival sastra lama, bengkel sastra daerah atau sastra lama, pemberian ruang-ruang untuk pementasan sastra-sastra lama, dan juga melalui jalur pendidikan di sekolah.
=====Festival sastra lama dapat dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setiap tahunnya. Dengan festival ini, kehidupan sastra lama diharapkan bergeliat kembali di tanah Kalimantan Selatan. Tujuannya bukan untuk mengetahui siapa yang paling baik dari sekian peserta festival, melainkan untuk revitalisasi atau menggiatkan kembali kehidupan sastra-sastra lama di Kalimantan Selatan.
=====Balai Bahasa Banjarmasin selama ini telah mengadakan bengkel-bengkel sastra di beberapa daerah dalam wilayah provinsi ini. Akan tetapi, sastra yang menjadi materi pelatihan dalam bengkel-bengkel sastra tersebut adalah sastra mutakhir, seperti teater modern. Alangkah baiknya jika Balai Bahasa Banjarmasin juga mengadakan bengkel sastra lama guna memotivasi para generasi muda untuk bergiat dalam sastra lama di provinsi ini. Dengan demikian, sastra lama akan diwarisi oleh para generasi muda. Hal ini sangat bagus untuk revitalisasi sastra lama di Kalimantan Selatan.
=====Ruang-ruang pementasan sastra lama dari hari ke hari kian menyempit dari pandangan masyarakat. Hal ini wajar karena tidak dapat kita pungkiri bahwa desakan seni-seni modern sedikit banyak telah menggerus sastra-sastra lama hingga mengalami krisis yang berat. Tugas pemerintah adalah menyediakan ruang-ruang pementasan sastra-sastra lama itu. Pemerintah melalui Disbudpar, Balai Bahasa Banjarmasin, dan juga Taman Budaya Kalimantan Selatan sedapat mungkin menggelar pementasan sastra lama secara rutin di provinsi ini.
=====Para guru bahasa dan sastra jangan segan-segan untuk mengajarkan sastra lama di sekolah masing-masing. Sastra lama harus dimasukkan dalam kegiatan belajar-mengajar mata pelajaran bahasa dan sastra di sekolah. Guru-guru harus mampu menguasai dan membelajarkan sastra lama, seperti mamanda, lamut, dan madihin kepada para siswa mereka. Para guru juga dapat mengajak para siswa mereka untuk menyaksikan pementasan-pementasan sastra lama di luar sekolah mereka. Para siswa harus diperkenalkan lebih jauh mengenai sastra-sastra lama tersebut. Para guru juga dapat mengikutsertakan para siswa mereka dalam festival sastra lama. Hal ini sangat perlu karena merekalah yang nantinya melestarikan sastra-sastra lama pada masa depan.
=====Sastra lama harus kita pahami sebagai media yang berfungsi sebagai sarana mendidik dan menghibur masyarakat dari waktu ke waktu. Revitalisasi sastra lama di tengah budaya global sangat penting guna menjaga kekayaan lokal dan nasional kita. Pihak pemerintah harus cepat dan tepat dalam menangani krisis yang sedang melanda eksistensi sastra lama di Kalimantan Selatan. Kebijakan pemerintah terhadap sastra lama merupakan salah satu tiang penyangga untuk menopang revitalisasi sastra-sastra lama di provinsi ini. Bagaimana menurut Anda?
Berkomentarlah di sini.
BalasHapusAss.
BalasHapusSelama sastra lama disembunyikan dari pandangan masyarakat, maka akan dianggap sebagai "sastra lama" karena hanya ada pada dahulu kala, sedangkan ruang-ruang pementasan (sastra) seakan lebih dihidupi hal-hal yang baru (global).
Revitalisasi, khususnya kehadiran dalam mengisi ruang pementasan, dapat menjadikan sastra lama terus dianggap sebagai sastra baru, sehingga dapat terus menyuburkan kreativitas dalam setiap penampilannya. Dengan seringnya tampil, maka akan terus terlihat kebaruannya.
Salam hangat
aku agak bingung mulanya dengan judul tulisan ini, terutama pada "sastra lama"nya itu. lalu aku kemudian paham, yang dapat kutangkap adalah kesenian tradisional --dalam bahasa yang lazim dipakai kawan-kawan di taman budaya, tapi bisa juga diistilahkan sastra lisan, sebagaimana maksud anda-- perlu direvitalisasi. ini menarik,dan penting tentunya. tapi sebagaimana yang diungkapkan faruk, dan aku mengamininya, bahwa kebudayaan yang berkembang ini tak terhindarkan. pada akhirnya masyarakat juga yang memilih, dan tanpa ajakan (yg keras ataupun persuasif) dan bentuk kongkrit, tentunya ini semua hanya akan menjadi tontonan belaka yang menjemukan.
BalasHapusentahlah....
Untuk Hajriansyah:
BalasHapusTidak usah bingung Saudaraku! Hidup itu harus secerah langit di kotamu.Di kalsel, Sastra lama mulai mengalami hal pada bagian terakhir dari komentarmu di atas. Bahkan, sudah parah. Karena itulah, harus kita lestarikan.