Mengecup Bibir Cantiknya
Mahmud Jauhari Ali
di antara aku dan kau
ada gairah cinta
yang semula malu-malu
menggetarkan langit
menggoncangkan bumi tanpa ampun
dengan mesranya
daun-daun pun mengangguk-ngangguk
menangkap tingkah kita
didampingi gelak tawa
menghiasi samudera bergaram
oh cinta
ke mana dia 'kan membawa kita, kawan
walau tingkah kita berbulu biru
mendekap hati yang rapuh
ditingkahi bumbu-bumbu pedas
surya menganga
air tumpah ruah
dan kita masih bergairah
mengecup bibir cantiknya
di segala jiwa yang menusuk-nusuk
kau kulihat masih gagah
dan aku mencoba tetap berdiri tegak
di antara desah gelisah
menderu angkasa
dari akar-akar cinta
temaram beradu dengan langkah dunia
merekahkan gairah asmara kita
mengecup bibir cantiknya
hingga lahir kata-kata,
uang,
martabat,
dan juga meninggikan
iman dalam dada
hari ini aku kembali bersajak
mendegubkan hatiku dan entah dengan hatimu
untuk mengecup bibir cantiknya
yang indah dan menggoda
jiwaku dan jiwamu
dan biarlah akar-akar cinta ini
tetap membakar gairah asmara
sepanjang detak masih setia bersarang
dalam dekap mesra diri kita, kawan
kuharap gairahku dan gairahmu
berbekas cerita harmonis
di masa kita telah tiada kelak
Tuhan, beri kami perjalanan panjang
menyusuri liku naskahmu
dengan gairah cinta dari-Mu
Kalimantan Selatan, 25 November 2009
mengecup bibir cantiknya ... hingga membakar sampai akar-akar cinta (dalam dan tersembunyi), suatu kegairahan yang terpendam.
BalasHapusTerima kasih atas interpretasinya, Pak.
BalasHapus